Kecil - kecil cabai rawit, itulah ungkapan yang menggambarkan gadis mungil, berambut bak brokoli ini. Badan boleh kecil, tapi bukan Yani namanya jika lari tanpa menuntaskan tanggung jawabnya.
Ni Made Yani Savitri Devi, Pemimpin Umum Madyapadma Journalistic Park angkatan 42, tak tinggal diam hanya menonton lonjakan kasus di masa pandemi Covid-19. Yani bersama teman - teman seperjuangannya, telah membulatkan tekad untuk mengadakan acara Presslist tahun 2020. Siswi yang menginjak tahun terakhir di masa putih abu ini, mulai gencar menyusun segala persiapan setelah berlomba dari Surabaya di bulan Maret. "Awalnya itu kita mulai persiapan aja, rapat secara online itu bulan Maret sampai November. Ada itu sembilan bulan ya. Udah kayak mengandung aja, hehe," ucap gadis pecinta pizza ini sambil terkekeh kala diwawancarai secara daring oleh Tim Madyapadma News pada Sabtu (26/12).
Berperang dengan keadaan, remaja kelahiran Denpasar, 13 Januari 2003 ini pun mengemban tugas sebagai ketua panitia Presslist Virtual 11. Tentu, sudah menjadi tugasnya dalam mengkordinir semua bidang yang bersangkutan. Ia pun mengaku, dominan mengandalkan media sosial saat menghubungi teman-temannya. Hanya terkadang ada kalanya, Yani perlu bertandang ke sekolah. Berdiskusi lebih dalam dan mencari jalan solusi.
Sayangnya, remaja yang hobi menggambar ini, terjebak dalam kondisi yang tak memenuhi protokol kesehatan di sekolah. Akibat sempat mendatangi tempat kerumunan dan kondisi anggota keluarganya. Maka sejak mendekati penghujung acara, keinginan Yani pergi ke sekolah lebih intens, harus kandas begitu saja. “Awalnya itu karena ada pilkada, terus berlanjut bapak sama kakakku baru balik dari luar kota. Kemudian mamaku sempat sakit waktu itu,” jelas gadis yang gemar bermain musik ini.
Namun, Yani tak diam begitu saja. Tak kehabisan akal dan nyala semangat. Yani tetap menancap gas dari kediamannya di kawasan Gandapura. Menggendong ransel hitam kesayangannya yang selalu terlihat menggelembung. Duduk di salah satu bale bengong sekolah atau memilih mengemper di lorong-lorong kelas. Demi mendekati sumber stop kontak, kalau-kalau laptopnya kehabisan daya.
Sementara teman-temannya asyik mengobrol di dalam ruangan. Yani pun juga punya kawan setia di luar. “Biasanya aku ke sekolah jam 12 ke atas. Di luar, selalu sama pak satpam ngobrolnya, kadang suka bercanda ditanyain ‘Udah nemu penelitian obat asam urat buat om?” ujar putri dari pasangan I Gede Putu Suwitra dan Putu Suantini ini menirukan guyonan.
Gadis penyuka warna hitam putih ini memang tak punya pilihan lain. Ada hal-hal vital yang dirasanya wajib dibicarakan secara langsung. Meskipun harus menempatkannya dalam posisi sendirian, jauh dari riuh teman-teman. “Itu bukan sebanding sama pentingnya acara yang harus dibicarakan,” tegas Yani di akhir wawancara.
Comments