Kalau melintasi pengkolan di ujung Jalan SMA 3, gerbang hijau SMAN 3 Denpasar memang tampak tertutup. Sepi, sunyi, gara-gara pandemi. Tapi sebetulnya, di dalam sana ada riuh kreativitas yang tetap menyala. Datang dari anak-anak Madyapadma namanya.
Dalam satu hari, Covid-19 boleh jadi menerima banyak makian dari manusia. Sebagian besar marah karena kehilangan. Covid-19 nyatanya memang pencuri ulung. Dari merebut sumber penghasilan, antusiasme mengejar pendidikan, rasa hangatnya dekapan, hingga bahkan nyawa orang terkasih jadi taruhan. Tentu sudah pasti manusia dibikin kegerahan.
Tak sedikit yang jadi kehilangan harapan. Satu di antaranya, harapan untuk berkarya, untuk selalu berbenah diri. “Yaa begitulah. Aku juga manusia. Ada satu titik rasanya waktu itu terlintas kepupusan harapan untuk memperbaiki banyak hal,” ujar Ni Made Yani Savitri Devi (17) kala dihubungi tim Madyapadma News pada Jumat (25/12). Gadis berambut ikal itu sering disapa Yani. Juga sering dikenal doyan bolak-balik Trisma (SMAN 3 Denpasar - red). Selalu aktif berkegiatan dengan kawan-kawannya di Madyapadma Journalistic Park, ekstrakuriler jurnalistik Trisma. Tapi pada awal pandemi Covid-19 di Indonesia, anak-anak Madyapadma pula disergap oleh keterbatasan.
“Awalnya nggak bisa siaran radio, siaran MPTV, cetak MP News, nggak bisa ikut lomba seperti biasa juga. Semua beradaptasi jadi jenis virtual. Kayak memulai semuanya dari nol, penyesuaian yang luar biasa,” aku Yani Savitri selaku pemimpin umum Madyapadma. Dampak pandemi pun juga sempat mengancam salah satu mimpi terbesar dari anak-anak Madyapadma, yakni Presslist. Sebuah ajang apresiasi jurnalistik, pestanya para jurnalis muda untuk saling berbagi karya dan cerita. Menjadi agenda tahunan yang selalu berhasil menyedot banyak perhatian publik. Kini di tengah pandemi, Presslist yang berumur 11, sempat terancam sepi tanpa hadirin. “Rapat-rapat Presslist kami rasanya jadi tanpa tujuan pasti. Tapi seseorang nyadarin aku, kalau Madyapadma nggak bakal dikalahin keadaan, kita yang harusnya tetep berinovasi,” jelas Yani Saviri.
Pun akhirnya Presslist tetap diperjuangkan. Hadir sebagai Presslist Virtual 11, dengan tema Menempa Diri Menembus Batas, Merawat Keindonesiaan. Dan akan digelar pada 28 Desember mendatang. Ini kali pertamanya Presslist diadakan secara virtual. Pertama kalinya pula akan meluncurkan minimal 21 karya buku. “Itu jumlah yang banyak untuk remaja seperti kami, tapi untungnya pembina kami menyempatkan untuk mengedit,” ucap I Nyoman Lanang Putra Pandu (17) sebagai ketua desk buku Madyapadma. Selain itu, ada beberapa rangkaian kegiatan lainnya yang akan memeriahkan Presslist Virtual 11. Seperti, Lomba Esai tk SMP/MTs se-Bali, Apresiasi Majalah Sekolah tk SMP/MTs se-Indonesia, Peluncuran Website e-jurnalmadyapadma.com, Website e-katalogmadyapadma.com, Website madyapadma-news.com, dan Website madyapadma-pustaka.com.
Tentu untuk merampungkannya memerlukan kerja keras dan kerja sama yang lebih ekstra. “Kita tahu komunikasi online itu bukanlah hal yang mudah. Tidak dapat menjamin secara langsung orang yang ingin kita hubungi untuk menjawab. Tapi, saya senang bisa belajar banyak hal saat ini, mulai dari bagaimana mempersiapkan acara besar, memikirkan ide konsep, dan berkoordinasi,” tutur Ni Putu Gesika Hilliana Dewi selaku penanggung jawab Presslist Virtual 11.
Sesuai dengan tema Presslist tahun ini, anak-anak Madyapadma telah melalui lika-liku dan jalan buntu pandemi. Namun, pada ujungnya Madyapadma menemukan jika pandemi ialah masa untuk terus berkembang. Menempa diri sampai tanpa sadar telah berhasil menembus keterbatasan. (ekn/kar)
Comments