top of page

Menunggu Sebar Vaksin yang Serba Ragu

Updated: Dec 31, 2020


Ada satu malam ketika Indonesia melompat kegirangan. Betul-betul senang bukan kepalang. Vaksin Covid-19 sudah datang. Maka sebentar lagi pandemi Covid-19 akan hilang. Begitu pikir masyarakat. Sampai lupa membaca lampiran syarat yang sudah terlipat-lipat.


Pada Minggu malam, tanggal 6 Desember, Satgas Penanganan Covid-19 Republik Indonesia telah merilis sebanyak 151 nyawa yang berpulang. Akibat kalah berperang dengan Corona. Padahal di lain sisi, pesawat Garuda Indonesia jenis Boeing 777-300ER dari Beijing tengah mengudara menuju Bandara Soekarno Hatta. Ada sekitar enam jam lamanya, pesawat itu berada di atas awan. Sampai akhirnya, mendarat di Jakarta pada pukul 21.25 WIB.

Selama ini, dari ribuan pesawat yang acap bolak-balik bandara Soekarno Hatta, pesawat itu boleh jadi salah satu di antara kedatangan penerbangan yang paling dinanti. Dalam hitungan jam, banyak media yang berbondong-bondong memberitakan. Jadi laporan utama, jadi kabar bahagia. Kalau malam itu, vaksin Covid-19 sudah tiba di Indonesia. Vaksin itu bernama CoronaVac, temuan Sinovac asal China. Dilansir dari rilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pesawat itu mengangkut 1,2 juta dosis. Tersimpan dalam kontainer khusus berkode RAP81179PC.

Semua masyarakat bergembira. Senang akhirnya telah menemukan kunci pandemi. Tanpa sadar ada banyak jalanan berliku untuk menerima vaksinasi Covid-19. Lantas sudah sejauh manakah seluk beluk dan rambu-rambu vaksinasi Covid-19 yang diketahui masyarakat?

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Tim Madyapadma News kepada 257 responden di Bali, yang terdiri atas tiga kelompok usia. Yaitu, kelompok usia di bawah 20 tahun, usia 20 - 35 tahun, dan usia di atas 35 tahun. Survei dilakukan pada tanggal 24-25 Desember 2020. Responden polling terdiri dari 68,9% perempuan dan 31,1% laki-laki. Dengan memanfaatkan formulir google menggunakan metode acak sederhana.

Hasilnya, sebanyak 46,7% responden ragu-ragu menjawab perihal izin ibu hamil dan wanita menyusui dalam mendapatkan vaksin Covid-19. Sebanyak 24,9% menjawab boleh. Sisanya mantap menyatakan ibu hamil dan wanita menyusui tidak boleh menerima vaksinasi. Jika ditelusuri berdasarkan kelompok usianya. Suara mayoritas dari ketiga kelompok usia, kompak memilih opsi tidak menjawab. Ironisnya, kelompok usia 35 tahun ke atas memiliki persentase tertinggi, sebanyak 49,33%. “Jujur kurang update informasi. Tidak terlalu mengikuti perkembangan berita vaksin ini, kalau ada beritanya nggak mutusin buat baca banyak-banyak,” aku Ni Komang Sutami (50) saat diwawancarai via daring oleh Tim Madyapadma News pada Sabtu (26/12).

Selain itu, sebanyak 57,2% responden menyatakan jika anak di bawah usia 16 tahun boleh mendapatkan vaksin Covid-19. Dari kumpulan suara tersebut, golongan usia di bawah 20 tahun justru mencatat persentase tinggi. 56,30% remaja menjawab vaksin berhak diberikan kepada anak usia di bawah 16 tahun. 20,16% lainnya memilih tidak menjawab. “Saya kurang tahu jika di bawah 16 tahun tidak diperbolehkan mendapatkan vaksin. Saya tidak pernah mendengarnya dari pemerintah. Sekarang jadi sedikit kecewa,” ujar I Gusti Ngurah Agung Suastika (17), siswa. SMAN 1 Denpasar

Kemudian polling juga menunjukkan jika 50,6% responden ragu-ragu menjawab apakah penderita alergi tertentu berhak mendapatkan vaksin. Secara kelompok usia, kalangan usia di bawah 20 tahun memiliki persentase tertinggi, 57,14%. Sekaligus, berdasarkan polling menjadi kalangan dengan riwayat alergi terbanyak. 60% di antaranya mengaku memiliki riwayat alergi makanan. 20% lainnya mempunyai alergi obat, seperti paracetamol dan obat dengan kandungan asam mefenamat.

Tak hanya riwayat alergi, kelompok dengan riwayat penyakit penyerta (komorbid) juga mesti diperhatikan. Namun, lagi-lagi mayoritas sebanyak 59,9% responden memilih tidak menjawab. Dari kelompok usia di atas 35 tahun, ada sejumlah 65,33% suara yang ragu-ragu memilih opsi.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.01/Menkes/9860/2020 Tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Jenis vaksin yang diproduksi oleh PT.Bio Farma (Persero), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Sinovac, dan BioNTech, diputuskan sebagai jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Ragamnya memang banyak. Bahkan, mengutip dari portal Kementerian Luar Negeri, Indonesia telah menyepakati kerja sama antara Sinovac dan BioFarma. Dengan komitmen mengirimkan vaksin hingga 40 juta dosis, terhitung dari November 2020 hingga Maret 2021.

Namun, masyarakat sebaiknya jangan buru-buru kegirangan dan merasa aman. Meski sekilas berlimpahan, vaksinasi Covid-19 punya persyaratan. Sebetulnya, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada 17 November lalu, dalam Rapat Kerja Menteri Kesehatan dengan DPR Komisi 9 di Gedung DPR. Telah ditegaskan bila vaksin Covid-19 hingga saat ini, hanya diperuntukkan bagi kelompok usia 18-59 tahun. Dengan syarat sehat tanpa komorbid. Sementara, ibu hamil, wanita menyusui, dan yang telah terinfeksi SARS-CoV-2, dinyatakan belum diperbolehkan untuk mengikuti vaksinasi. Hal itu mengacu pada rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Badan Pengawas Produk Kesehatan dan Obat (MHRA) Inggris pun pula menyatakan, orang dengan riwayat reaksi anafilaksis atau alergi parah terhadap vaksin, obat, makanan, sebaiknya tidak diberi vaksin Pfizer-BioNTech.

Kendati demikian, kabar vaksin datang sudah terlanjur ditelan sepotong-potong oleh masyarakat. Menyisakan potongan ketentuan terpenting terkait vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Tak heran setelah kabar vaksin datang, masyarakat dengan cepat merasa aman dari perang. Meski, mayoritas responden sebanyak 51,4% menyatakan penggunaan masker mutlak tetap diterapkan. Masih ada segelintir masyarakat yang berpandangan sebaliknya. Dalam kelompok usia di bawah 20 tahun, sebanyak 5,88% remaja menjawab sangat boleh untuk melepas masker setelah vaksin datang. “Fungsi vaksin kan sudah jelas. Kalau sudah ada vaksin, nggak perlu sih pakai masker lagi. Terus masyarakat bisa hemat uang juga, nggak perlu beli masker lagi,” komentar Made Anita Kusuma Wardhani .

Di lain sisi, hal itu dikecam keras oleh kelompok usia di atas 35 tahun. Termasuk perihal menjaga jarak dan menjauhi kerumunan. Secara keseluruhan ada 59,1% responden yang menjawab, peraturan jaga jarak mesti tetap diterapkan meskipun vaksin sudah datang. Sebanyak 57,2% responden juga menyatakan kerumunan masih wajib untuk dijauhi. Kesimpulannya dapat dilihat dalam 53,7% suara yang berpendapat jika masyarakat masih belum boleh bebas dari protokol kesehatan.

Namun, angka tersebut langsung goyah ketika menyangkut izin upacara adat. Sebanyak 24,9% responden menyetujui jika setelah vaksin datang, upacara adat dapat digelar seperti sebelum pandemi. Terutamanya suara dari kelompok usia di atas 35 tahun. Hal ini berbanding terbalik dengan penolakan keras mereka terkait kebebasan protokol kesehatan sebelumnya. “Rasa khawatir pastinya ada, tapi setelah vaksin datang, upacara adat di Bali seharusnya boleh dilaksanakan asalkan disiplin mengikuti protokol kesehatan,” tutur Ni Luh Gede Geriya (48).

Kedisiplinan masyarakat Bali yang dimaksud pun tampaknya masih belum tercermin, bila pergi menelisik ke belakang. Membuka lagi lembar-lembar kluster upacara adat di Bali sepanjang pandemi. Sepanjang tahun 2020. Ketika pandemi Covid-19 di Indonesia masih betah berbiak. Berdasarkan hasil polling, 42,8% responden memegang optimisme Indonesia akan segera pulih pada Juli 2021 nanti. “Saya mengutip pernyataan Pak Jokowi, negara yang akan menjadi pemenang bukan hanya yang cepat mengatasi Covid-19, tapi juga negara yang cepat melakukan pemulihan. Beliau optimis tahun 2021, tahun pemulihan Indonesia,” ucap Putu Pramartha Mudrananda (20).

Terlepas dari cepat lambatnya penangangan dan pemulihan dari pandemi, poin terpenting yang perlu diingat ialah kerja sama. Sehebat apa pun kebijakan pemerintah, namun bila gagal memandu arah, dan masyarakat pada betah salah kaprah. Maka pandemi akan terus bergulir, tak kunjung bertolak jadi sebuah sejarah. (kar)

75 views0 comments

Recent Posts

See All

Antara Indonesia, Covid-19, dan Vaksinasi

Pada tanggal 2 Maret 2020, pergolakan Covid-19 di Indonesia bermula dari seorang ibu dan anaknya yang terpapar virus corona dari warga negara Jepang. Sejak saat itu, virus corona menjalar ke seluruh p

Vaksin Covid-19, Cahaya Di Ujung Lorong Gelap Pandemi?

Perjalanan Vaksin Covid-19 yang jauh, membuat segenap instansi harus kuat bertaruh. Menengok beberapa bulan lalu hingga saat ini berbagai instansi kian unjuk gigi memperkenalkan Vaksin Covid-19 yang d

bottom of page